REI: Indonesia Tidak Akan Ikut Bubble Properti

Asosiasi pengusaha properti, Realestat Indonesia menilai harga properti di Indonesia tidak akan melemah dan terjadi bubble properti seperti di Amerika Serikat pada 2008 lalu.

Di terbitkan Oleh bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi pengusaha properti, Realestat Indonesia menilai harga properti di Indonesia tidak akan melemah dan terjadi bubble properti seperti di Amerika Serikat pada 2008 lalu.

Sekretaris Jenderal Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lucida mengatakan kondisi properti di Indonesia sekalipun mengalami over supply alias kelebihan pasokan, tidak akan membuat harga properti yang selama ini naik menjadi turun drastis seperti fenomena bubble property.

“Kita di Indonesia tidak ada bubble property. Itu masih jauh sekali dan pasar juga tidak ada bubble price. Hal itu sudah disampaikan pula oleh Bank Indonesia,” ujar Totok kepada Bisnis, Kamis (6/9/2018).

Dia mengatakan kondisi bubble property lebih berpotensi ada di Amerika Serikat (AS). Seperti pada krisis 2008 lalu terjadi bubble property di AS karena mereka melakukan banyak kredit penjualan rumah. Penjualan kredit untu diperdagangkan ini tidak mungkin diimplementasikan di Indonesia.

“Kalau di Amerika mungkin terjadi kalau kenaikan bunga gila-gilaan hanya untuk menunjukkan kekuatan super mereka. Namun seharusnya mereka juga memikirkan dampak krisis dunia karena mereka juga punya hubungan dengan negara lain,” kata Totok.

Sementara itu, kondisi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berpeluang menimbulkan bubble properti lagi bagi negara Paman Sam tersebut. Associate Director Investment Service Colliers International Indonesia Aldi Garibaldi mengatakan kondisi pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) memang karena tengah menguatnya ekonomi negeri Paman Sam itu.

Aldi berpendapat, jika Indonesia hendak menaikkan suku bunga, dolar pun akan tetap ditarik semua ke Amerika. Alhasil, jika suku bunga naik, maka dengan banjir dolar ke Amerika Serikat mengakibatkan kenaikan harga aset.

“Banjir dolar ke Amerika maka harga aset jadi naik, ya dia bubble,” ungkap Aldi kepada Bisnis, Rabu (5/9/2018).

Aldi mengambil contoh, ketika ekonomi AS terlampau kuat dan mereka sendiri tidak bisa mengatasi, kejadian pecahnya bubble perumahan pada 2008 bisa saja terjadi kembali.

Sebagai contoh, jika produk teknologi seperti iPhone dari AS terlampau mahal, pembeli akan mencari barang substitusi yang lebih murah dengan kualitas yang hampir sama. Hal serupa juga akan terjadi pada sektor properti yang mana menurut Aldi pada 2006-2008 terjadi bubble properti, setiap orang di Amerika bisa memiliki rumah lebih dari satu unit.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Bisnis, 2008 adalah sejarah ketika AS mengalami peningkatan drastis sampai enurunan harga properti. Adapun analogi bubble properti adalah kondisi harga yang melonjak karena tingginya permintaan dan spekulasi.

Kenaikan ini seperti gelembung udara yang membesar dan pada titik tertentu akan berhenti dan pecah karena kelebihan pasokan serta mengakibatkan penurunan harga properti. Penurunan harga properti bisa berimbas terhadap penurunan nilai harta rumah tangga.

Disclaimer | Privacy Policies | Site Map | Alam Jaya Perkasa [c] 2010 - [y]

Hasil Survei Sebut Pencari Properti Puas dengan Kondisi Pasar Saat Ini

Memasuki paruh kedua tahun 2018, para pencari properti masih optimistis dengan iklim pasar properti nasional.Meski demikian, kepuasan terhadap upaya Pemerintah dalam menjaga harga properti tetap terjangkau mengalami penurunan. Aspek jangka panjang masih menjadi faktor utama yang menjaga optimisme ini.

Di terbitkan Oleh www.tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Memasuki paruh kedua tahun 2018, para pencari properti masih optimistis dengan iklim pasar properti nasional.

Meski demikian, kepuasan terhadap upaya Pemerintah dalam menjaga harga properti tetap terjangkau mengalami penurunan. Aspek jangka panjang masih menjadi faktor utama yang menjaga optimisme ini.

Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018 menunjukkan bahwa sebanyak 66% responden merasa puas dengan iklim properti saat ini.

Angka ini sedikit menurun dibandingkan semester sebelumnya, sebesar 67%, namun meningkat sebanyak 4% dibanding semester yang sama satu tahun sebelumnya.

Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H2-2018 ini ditujukan untuk mengetahui respon pasar dari sisi permintaan sekaligus untuk menciptakan transparansi informasi untuk konsumen.

Survei ini melengkapi Rumah.com Property Index yang menyajikan lebih dari 400.000 data properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

“Faktor kenaikan harga memang selalu dipandang dari dua sisi. Bagi mereka yang optimistis, mereka melihatnya sebagai peluang investasi di masa depan, sementara mereka yang pesimistis, ini disebabkan keraguan terhadap kemampuan finansial mereka,” ujar Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.com, dalam keterangan tertulisnya.

Ike menambahkan bahwa mereka yang belum yakin dengan kemampuan kemungkinan adalah mereka yang masih awam atau kurang informasi.

Padahal, saat ini pasar properti sedang berpihak kepada pembeli. Misalnya, Pemerintah melonggarkan aturan uang muka.

Jika dulu dibatasi sebesar minimal 15%, sekarang Pemerintah membebaskan aturan tersebut. Banyak pengembang yang menawarkan uang muka hingga serendah 5% bahkan tanpa uang muka.

Pihaknya, lanjut Ike, memiliki sejumlah fitur yang membantu para pencari properti untuk menemukan properti yang ideal berdasarkan kemampuan, lokasi, dan fasilitas umum yang diperlukan.

Bahkan saat ini Rumah.com memiliki program DealJuara untuk memfasilitasi keraguan para pencari rumah terhadap DP dan pembiayaan.

“Program DealJuara ini merupakan komitmen kami dalam membantu pencari rumah mendapatkan rumah idaman. Deal yang dapat dimanfaatkan dalam kesempatan ini antara lain banyak promo-promo menarik seputar DP.”

Disclaimer | Privacy Policies | Site Map | Alam Jaya Perkasa [c] 2010 - [y]